Header Ads

Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J

Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J
Formula 5W1H Dan Piramida Terbalik Dalam Jurnalistik https://ift.tt/eA8V8J

Tribratanews.kepri.polri.go.id – Berita-berita yang disajikan melalui surat kabar, radio, televisi, dan media online tentunya tidak dikemas dengan sembarangan. Para jurnalis dituntut untuk mengetahui serta memahami kaidah-kaidah yang berlaku dalam penulisan berita secara umum. Selain itu, masing-masing organisasi media massa memiliki gaya tersendiri dalam menulis berita namun dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku secara universal. Itulah sebabnya, jika kita cermati, gaya penulisan Kompas akan berbeda dengan gaya penulisan Pikiran Rakyat misalnya.

Menulis berita dengan baik adalah sangat penting dalam kegiatan jurnalistik. Jika jurnalis tidak bisa menulis berita dengan baik maka berbagai berita penting, kisah-kisah yang menarik, analisis mendalam, ulasan pendapat, dan kabar gosip tidak akan mampu menjangkau khalayak sasaran. Menulis merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Karena dengan menulis, kita belajar untuk menemukan dan menggunakan kata-kata yang tepat, menyatukannya ke dalam sebuah kalimat, dan membentuk sebuah paragraf yang dapat memberikan makna bagi khalayak pendengar atau pembaca. Tulisan yang baik akan mendatangkan umpan balik yang positif dari editor, pembaca, dan lain-lain.

Bagaimana tata cara penulisan berita yang baik? Sebelum membahasnya, kita pahami terlebih dahulu apa itu berita.

Pengertian Berita

Banyak sekali pengertian berita yang telah dirumuskan oleh ahli. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Kamus Besar Bahasa Indonesia Online – Berita atau kabar adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga berarti laporan, pemberitahuan, atau pengumuman.
  • Dictionary of Media – Berita adalah laporan dari kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi dalam sebuah surat kabar, televisi, radio, atau laman.
  • Dictionary of Mass Communication and Media Research – Berita adalah laporan dari suatu kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi atau laporan yang muncul di media massa.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah berita atau news dalam bahasa Inggris merujuk pada 4 (empat) arah mata angin, yaitu North, East, West, dan South. Hal ini mungkin diciptakan untuk membedakan antara diseminasi informasi secara kasual dan usaha yang disengaja untuk mengumpulkan berita.

Menurut David Demers (2005 : 210), berita dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu “hard news” dan “soft news”.

  • Hard news merujuk pada pelaporan berita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi misalnya berita-berita politik dan kriminal. Umumnya, hard news mencakup berita-berita terbaru yang ditulis dengan gaya piramida terbalik.
  • Soft news merujuk pada pelaporan berita yang terkait dengan tema human interest atau profil seseorang.

Formula Berita

Umumnya, terdapat dua macam formula dalam pendekatan tradisional penulisan berita yaitu formula berita Enam Pertanyaan Rudyard Kipling dan formula berita piramida terbalik.

Enam Pertanyaan Rudyard Kipling

Suatu berita terdiri dari dua bagian, yaitu teras berita dan tubuh berita. Teras berita atau pengantar berita atau intro merupakan bagian terpenting dari suatu berita. Karenanya harus ditulis dengan singkat, padat, dan jelas.  Biasanya, dalam teras berita menjawab pertanyaan WHO – WHAT – WHERE – WHEN – WHY – HOW atau dikenal dengan 5W+1H.  Contoh penulisan teras berita adalah sebagai berikut :

Seorang penjambret (WHO) berhasil melarikan diri (WHAT) dengan menggunakan sepeda motor (HOW)  setelah menggasak dompet Meong (WHY) saat sedang belanja kue di pasar (WHERE), kemarin (WHEN).

Masing-masing media berita atau kantor berita memiliki aturan tersendiri dalam menulis teras berita. Karena masing-masing memiliki alasan tersendiri mengenai unsur apa yang harus ditonjolkan dalam sebuah teras berita. Para jurnalis hendaknya mengenali gaya penulisan teras berita dari berbagai media. Namun pada umumnya, teras berita mengandung dan menjawab keenam pertanyaan di atas.

Umumnya, berita yang dibuat staf humas instansi/ perusahaan yang dimuat di websitenya dimulai dengan unsur waktu (when). Sebagai contoh yaitu :

Pada hari Selasa, 1 September 2017, Lembaga ……… melalui Seksi Bidang …….,,menyelenggarakan Seminar………. yang bertempat di Ruang …………………….Batam.

Dapat dilihat, berita yang diawali dengan unsur waktu sangat langka. Beberapa situs berita untuk menunjukkan betapa tidak lazimnya sebuah berita dimulai dengan unsur waktu, apalagi menggunakan kalimat “pada hari…dst”.  Contoh berita di sebuah situs web instansi pemerintah itu sangat khas, tipikal berita di situs-situs lembaga/instansi.

Kalau diedit berita tersebut menjadi berita yang baik dan benar sesuai dengan kaidah jurnalistik menjadi:

Lembaga ………….. menyelenggarakan Seminar…………… Selasa 1 September 2017/ (1/9/2017) di Ruang ………….. Batam.

Maka lebh enak dibaca dan lebih efektif , Penyuntingan dilakukan pada dua segi:

  1. Kalimat — dibuat lebih efektif, efisien, sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik (esp. hemat kata), dengan memotong (cutting) kata “pada hari” dan “yang bertempat”. Pembaca sudah paham, Selasa itu nama hari, dan Ruang itu nama tempat. Jadi, tidak lagi ditulis “pada hari” dan “yang bertempat”.
  2. Susunan unsur berita 5W1H –unsur waktu (when) di depan dipindahkan ke tengah atau ke belakang dan mengedepankan unsur subjek/pelaku (who).

5W1H dan Piramida Terbalik

Secara “teknis”, menulis berita itu melaporkan peristiwa dengan menyusun unsur atau elemen berita yang terangkum dalam istilah 5W+1H:

  • Who – Pelaku, subjek. Siapa? Siapa yang melakukan? Siapa yang mengadakan? Siapa yang terlibat? Biasanya nama orang atau lembaga.
  • What – Peristiwa. Apa? Melakukan apa? Mengadakan apa? Ngomong apa? Menyelenggarakan apa?
  • Where – Tempat. Di mana diadakannya? Di mana terjadinya? Di mana lokasinya?
  • When – Waktu. Kapan? Hari apa tanggal berapa? Iraha? Berpa lama?
  • Why – Tujuan, latar belakang peristiwa. Kenapa? Untuk apa? Apa tujuannya? Mengapa terjadi? Kenapa diadakan? Kenapa ngomong begitu?
  • How – Detail peristiwa. Bagaimana ceritanya? Bagaimana kejadiannya? Prosesnya? Ada apa saja?

Keenam unsur berita tersebut lalu disusun dengan mengacu pada format pemberitaan yang dikenal dengan istilah piramida terbalik (inverted pyramid), yakni mengedepankan unsur terpenting dalam peristiwa. Ringkasnya, dalam menulis berita atau menyusun laporan peristiwa, penulis berita harus mengedepankan unsur terpenting dari 5W+1H di atas: pelaku, peristiwa, tempat, waktu, tujuan, atau detailnya.

Lazimnya, unsur WHO atau WHAT merupakan unsur terpenting sehingga dikedepankan. Karena itu, sebaiknya formula bagus untuk menulis berita yang baik sesuai dengan kaidah jurnalistik, yaitu:

  • Who did What, When, Where, Why, How.
  • SIAPA melakukan APA, kapan, di mana, kenapa, bagaimana?
  • Contoh: Lembaga …… mengadakan Seminar ……. Sabtu (26/9/2017) di Batam untuk membahas kebijakan terbaru.
  • Contoh lain: Manchester United menang 3-2 atas Southampton dalam pertandingan Liga Inggris Minggu (20/9/2017) di St. Mary’s Stadium.

Dengan demikian, penulisan berita dalam bentuk piramida terbalik memiliki karakteristik sebagaii berikut :

  1. Menempatkan informasi dalam urutan logis.
  2. Mengatur informasi dari yang paling penting ke yang kurang penting.
  3. Alur kisah dimulai dengan sebuah klimaks.
  4. Informasi berikutnya bersifat menjelaskan dan mendukung teras berita.

Keuntungan menulis berita dalam bentuk piramida terbalik adalah sebagai berikut :

  • Mengiklankan apa yang akan dibaca dalam sebuah berita.
  • Mengirimkan informasi yang paling penting di muka.
  • Menghemat waktu bagi pembaca dan ruang editor.
  • Memungkinkan para editor untuk mempersingkat berita dari bawah.
  • Pengiriman berita lebih cepat.
  • Pembaca dapat meninggalkan berita kapanpun ketika telah mendapatkan infromasi yang dibutuhkan.

Adapun kekurangan menulis berita dalam bentuk piramida terbalik adalah sebagai berikut :

  • Pembaca menjadi tidak tertarik untuk membaca keseluruhan berita.
  • Berita menjadi seperti tidak ada akhir.
  • Tidak ada ketegangan karena pembaca kehilangan minat.

Teras Berita

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan teras berita atau leads adalah pembuka atau pengantar berita yang berisi intisari dari informasi yang sangat penting. Tujuan penulisan teras berita adalah untuk menarik perhatian khalayak. Umumnya teras berita ditulis dengan singkat, padat, dan jelas dalam satu atau dua paragraf.

Penulisan teras berita memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

  • Informasi yang disajikan hendaknya relevan, berguna, dan menarik.
  • Teras berita hendaknya menjawab pertanyaan “siapa yang peduli”.
  • Teras berita berisi intisari informasi yang sangat penting.

Sedangkan pedoman penulisan teras berita, yaitu :

  • Teras berita menempati alenia pertama dan harus mencerminkan pokok terpenting berita. Teras berita umumnya terdiri dari satu kalimat dan kurang dari tiga kalimat.
  • Teras berita yang mengikuti kaidah Bahasa Indonesia umumnya terdiri dari 30 – 45 perkataan. Jika teras berita disajikan dengan singkat atau kurang dari 25 perkataan, maka teras berita akan menjadi lebih baik.
  • Teras berita ditulis dengan singkat agar :
    • Mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan depan radio dan televisi, dan mudah diingat
    • Kalimat-kalimat disusun secara singkat dan sederhana, dengan tetap mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa sehingga menjauhkan kata-kata mubazir.
    • Jelas melaksanakan ketentuan “satu gagasan dalam satu kalimat”.
    • Tidak  sekaligus memuat semua unsur 5W+1H atau 3A dan 3M yaitu “APA – SIAPA – MENGAPA – BILAMANA – DI MANA – BAGAIMANA”.
    • Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur daripada 3A – 3M.
  • Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah atau pelengkap keterangan, hendaknya dimuat dalam badan berita.
  • Teras berita sebaiknya mengutamakan unsur APA. Unsur APA diberikan dalam ungkapan kalimat yang sesingkat mungkin yang menyimpulkan atau mengintisarikan kejadian yang diberitakan.
  • Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur SIAPA, karena hal ini selalu menarik perhatian manusia. Jika unsur SIAPA tidak terlalu menonjol, maka sebaiknya ia tidak dipakai dalam permulaan berita.
  • Teras berita jarang menggunakan unsur BILAMANA pada permulaannya. Sebab unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian. Unsur waktu hanya dipakai sebagai permulaan teras berita, jika memang unsur itu bermakna khusus dalam berita itu.
  • Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur TEMPAT dulu, kemudian disusul oleh unsur WAKTU.
  • Unsur BAGAIMANA dan unsur MENGAPA diuraikan dalam badan berita, jadi tidak dalam teras berita.
  • Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang asalkan kutipan itu bukan merupakan suatu kalimat yang panjang. Dalam alenia berikutnya, hendaknya segera ditulis nama orang itu dan tempat serta kesempatan dia membuat pernyataan.

Teras berita memiliki beberapa jenis, yaitu :

  • Identifikasi segera – menekankan pada pemain kunci atau aspek “siapa”.
  • Identifikasi tertunda – secara umum merujuk apa aspek “siapa” karena seseorang memiliki nama kecil.
  • Intisari – menggabungkan beberapa elemen penting dibandingkan menyoroti sebuah aspek khusus ke dalam sebuah sinopsis.
  • Elemen berganda – menggabungkan beberapa tema sekaligus.
  • Teras berita dengan – menyajikan informasi yang unik.

Kepala Berita

Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (1984 : 85-87), kepala berita memiliki karakteristik sendiri yaitu :

  • epala berita umumnya ditulis dengan menghilangkan bentuk awalan atau imbuhan atau prefix. Contoh kepala berita yang sering kita baca melalui surat kabar adalah : “Tantowi/Lilyana Raih Emas Pertama”. Penghilangan imbuhan dimaksudkan agar berita yang kit abaca menjadi lebih hidup.
  • Kepala berita harus menceritakan intisari berita dalam bahasa yang ringkas dan padat.
  • Kepala berita harus ditulis dalam bentuk kalimat aktif.
  • Kepala berita secara ketat harus membatasi diri pada fakta-fakta dalam berita atau dalam cerita. Segala sesuatu yang yang bersifat pendapat atau opini, komentar atau ulasan, harus dibuang dari kepala berita.
  • Penulisan kepala berita menggunakan kata-kata sederhana yang mengandung kata kerja aktif.
  • Dalam penulisan kepala berita hendaknya tetap mengindahkan tata bahasa Indonesia yang baku.

Demikianlah ulasan singkat tentang Teknik Penulisan berita yang baik dan benar . Semoga seluruh insan pers Humas Polri dapat menjadikan sebagai salah satu acuan dalam menulis berita dan memberikan setitik tambahan pengetahuan dan wawasan dalam ilmu komunikasi khususnya jurnalistik. Selamat mencoba.

Penulis : Yolan

Editor : Edi

Publish : Tahang



from TRIBRATANEWS POLDA KEPRI https://ift.tt/2vKyH3o
via
via Blogger https://ift.tt/2wb05qE

via Blogger https://ift.tt/2vNrlw0

via Blogger https://ift.tt/2PcXWUn

via Blogger https://ift.tt/2P9EEix

via Blogger https://ift.tt/2vKrRuU

via Blogger https://ift.tt/2nF6ztZ

via Blogger https://ift.tt/2OyFjJ2

via Blogger https://ift.tt/2PhYhFg

via Blogger https://ift.tt/2MQoHMC

via Blogger https://ift.tt/2BdIaW5

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.