Header Ads

Stop Bullying, Stand Up. Speak Out

Tribratanews.kepri.polri.go.id – Percaya atau tidak, masalah sesederhana apapun kalau tidak ditanggapi dengan serius pasti akan menghasilkan dampak atau efek yang luar biasa. Bullyingadalah salah satunya. Siapa sangka, ada orang yang rela mengakhiri hidupnya karena di-bully. Mengerikan bukan?

Bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa inggris. Bullying berasal dari kata Bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah. Bullying merupakan bentuk serang serangan fisik, psikologis, sosial ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan situasional untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri.

Definisi Bullying menurut PeKA (Peduli Karakter Anak) adalah bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual.

Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:

– menyisihkan seseorang dari pergaulan,

– menyebarkan gosip, mebuat julukan yang bersifat ejekan,

– mengerjai seseorang untuk mempermalukannya,

– mengintimidasi atau mengancam korban,

– melukai secara fisik,

– melakukan pemalakan/ pengompasan.

Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain. Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya anak yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.

Bentuk bullying juga sangat beragam, mulai dari bentuk fisik seperti pukulan, verbal seperti ejekan, memaki-maki; maupun psikologis seperti pengabaian atau mengisolasi orang lain. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku bullying, salah satunya adalah karena memiliki pengalaman masa lalu yang sama. Korban bullying dapat berubah menjadi pelaku bullyingapabila kondisinya memungkinkan.

“Kalau kita lihat, kan sekarang masih ada beberapa kegiatan yang menggunakan kekerasan untuk kegiatan penerimaan anggota baru. Dan biasanya hal tersebut akan menjadi siklus, junior yang dulunya pernah mengalami bullying akan melakukan hal yang sama ke juniornya lagi, karena ketika ia melakukan itu, ia merasa percaya diri karena mereka bisa menguasai orang lain,” tambahnya.

Selain pengalaman masa lalu, orang tua juga memegang peranan penting dalam perilaku bullying. Hal ini karena pola asuh orang tua yang sangat otoriter dan sering menggunakan hukuman fisik akan membuat perilaku tersebut ditiru anak dan dipraktekkan di lingkungannya dan teman-temannya. Tidak hanya itu, orang tua juga harus mendampingi anak-anak saat menonton televisi, karena sebenarnya perilaku bullying sudah ditunjukkan melalui kartun-kartun yang sering ditonton di televisi.

“Contohnya film Doraemon, di sana kita bisa melihat karakter Giant menunjukkan perilaku yang membully Nobita seperti memukul, mengancam, dan tidak mau berteman dengan Nobita. Di sini anak-anak yang menonton kartun tersebut dengan tanpa dampingan orang tua, bisa jadi akan meniru perilaku Giant, karena mengidolakannya tanpa mengetahui bahwa tindakan bullying adalah tindakan yang tidak terpuji,” tuturnya dengan semangat.

Dampak bullyingpun sangat beragam mulai dari dampak yang sangat ringan seperti takut datang ke sekolah, prestasi sekolah menurun hingga sangat parah, suicide misalnya. Keberagaman itu disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain social supportyang diterima dari orang tua maupun lingkungan, bentuk bullying yang diterima anak, maupun karakteristik anak itu sendiri.

“Ada kasus anak dibully dengan cara diledek dan itu sangat berpengaruh dalam hidupnya karena ia tidak mendapatkan social support yang cukup dari orang tua maupun lingkungannya. Begitupula ada kasus yang sebaliknya, dimana korban bisa membela dirinya lantaran mempunyai social support yang besar dari keluarga. Jadi dampak bullyingitu sangatlah beragam,” tegasnya.

Karena itu, orang tua harus mendidik anak agar berdaya dan mandiri sejak dini, agar anak punya rasa percaya diri yang baik sehingga anak tidak mudah dimanipulasi oleh orang lain. Salah satu cara yang bisa dilakukan para orang tua adalah dengan memasukkan anak ke berbagai aktivitas, karena dengan mengikuti aktivitas tersebut akan menimbulkan perasaan mampu, dan percaya diri pada dirinya. Selain itu, orang tua juga harus awarepada segala sesuatu yang terjadi pada sang buah hati, sehingga apabila ada suatu permasalahan, orang tua bisa mendeteksinya sejak dini, dan menyelesaikannya.

Penulis : Yolan

Editor : Edi

Publish : Tahang



from TRIBRATANEWS POLDA KEPRI http://ift.tt/2G6Cprz
via IFTTT

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.