Header Ads

Menjadi Polisi Pemikir, Polisi Analisis Atau Polisi Pelamun

 

Tribratanews.kepri.polri.go.id – Terkadang kita yang Polisi ini tidak menyadari bahwa di suatu waktu ketika melaksanakan tugas rutin telah melakukan upaya kreatif accountable, tahunya tugas telah dilaksankan secara baik dan kemudian melaporkan hasil pelaksanaannya kepada komandan “aman TKA”. Para penanggung jawab tehnis di awal kegiatan sudah memberikan APP tentang apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan perintah tersebut sampai pada skala tertentu, biasanya didapat dari akumulasi kebiasaan dengan hasil brakedawn menejemen SOP secara normative, sedangkan untuk menilai situasi update dalam implementasi tehnis secara tersirat diserahkan kepada para pelaksana yang langsung berhadapan dengan tantangan serta hambatan di TKP.  Proses tersebut tidak pernah masuk dalam catatan bahwasanya hal yang justru kelihatan sepele bagaimanapun merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan yang suatu ketika sangat diperlukan dalam analisa evaluasi guna membuat perencanaan tugas serupa di masayang akan datang, ilmu kecil itu akan muncul kelak ketika sang pelaksana menjadi pimpinan.

Seyogyanya setiap anggota Polri memang harus memiliki bibit – bibit sebagai pemikir, analis atau paling tidak pelamun dalam arti yang positip. Seorang Polisi Lalulintas yang selalubertugas sebagai pengatur arus lalulintas di titik tertentu hari – hari menghadapi problem kemacetan yang sama selama dia bertugas di situ, masyarakat akan menilai mengapa setiap jam tertentu selalu terjadi krodit padahal ada beberapa petugas Lalulintas di sana, jika sang petugas ingat bahwa hakekat kemacetan itu adalah bertemunya arus lalulintas yang berbeda di satu titik dalam satu bidang, tentu yang harus segera dilakukan kajian adalah apa objek yang menjadi sumber kemacetan, kemudian menghitung kapasitas jalan dibanding volume kendaraan dalam waktu yang sama sampai kepada penentuan titik mena saja yang harus di cabut sementara  supaya tidak lagi terjadi pertemuan sebidang, atau bisa saja dengan mengurangi volume kendaraan, dengan cara menutup akses – akses jalan yang memiliki kontribusi di titik kemacetan.

Contoh di atas juga berlaku terhadap kinerja bidang fungsi ang lain, misalnya bidang tugas penyidikan reserse.  Bahwa penerapan mekanesme interogasi “siadi demen babi” adalah hasil olah pikir dan lamunan pendahulu yang kini sudah menjadi Formal Knowlage, jika kita pedomani bahwa unsur penipuan adalah barang siapa, menguntung diri sendiri atau orang lain, dengan menggunakan tipu muslihat, rangkaian kata – kata bohong kemudian merugikan orang lain, logika berpikir kita tentu setiap perbuatan “menipu” pertanyaan interogasi seorang penyidik dalam berita acara akan sama, dikarenakanperbedaan  cara atau modus operandi yang tidak sama antara tindak pidana yang satu dengan yang lain, untuk itu kualitas logika berfikir, analisis atau melamun saat itu diperlukan untuk membuat target proses di muara tetap menuju pada  titik dan hasil yang Ssama.

Untuk berfikir analistis atau pelamun terkadang tidak memerlukan ilmu formal sebagai acuan, cukup dengan mengumpulkan pola – pola yang muncul setiap kali bersamaan aktifitas kerja rutin yang telah digelutinya asalkan ada muatan sense of responsibility pada diri tiap anggota untuk senantiasa menitipkan ‘rasa’ pada setiap aktifitas kerja rutin yang dilaluinya. Laksana mata air yang muncul di ketinggian, meskipun terhalang bebatuan secara otomatis jalan akan dicari untuk menuju ke muara yang lebih rendah, dengan kata lain sebagai makluk berfikir manusia akan selalu mencari cara guna mempermudah hidupnya.

Alam berpikir, beranalisa atau melamun adalah kekayaan natural yang secara individual telah disertakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai bekal dasar dalam mengarungi kehidupan dunia, persoalannya adalah tinggal bagaimana kita dapatmelakukan eksplorasi sekaligus memanfaatkan kemampuan berfikir tersebut sehingga menjadi potensi yang dapat dilihat orang lain sebagai keunggulan dan keutamaan yang membedakan pribadi satu dengan lainnya.

Yang mana kita akan memilih menjadi Pemikir, menjadi analisis, menjadi pelamun atau sekalian perpaduan ketiga – tiganya , seorang bijak berkata ”.. jika mau dilihat orang maka berdirilah dan jika mau didengar maka bicaralah …” sedangan kapan kita berdiri dan kapan kita akan bicara yang menjadi pemandu adalah pikiran bijak kita agar tidak kemudian menjadi bahan ketawaan orang.

Penulis   : Edi

Editor     : Edi

Publish   : Yolan



from TRIBRATANEWS POLDA KEPRI http://ift.tt/2A2u6tK
via IFTTT

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.