Header Ads

Jurus Jitu Menghadapi Hoax

tribratanews.kepri.polri.go.id – Media sosial seharusnya dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang-orang yang dikenal dan menyebarkan konten-konten positif. Namun nyatanya ada pihak-pihak  memanfaatkan medsos untuk menyebarkan informasi yang mengandung konten negatif dan bisa menimbulkan perpecahan.

Jika hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan membahayakan generasi muda serta keutuhan NKRI. Menyadari hal tersebut, sudah banyak masyarakat yang secara proaktif mengajak agar lebih cerdas menggunakan media sosial.

Pemerintah juga terus berupaya untuk mengurangi penyebaran hoax atau berita palsu dengan cara menyusun undang-undang yang di dalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet yang turut menyebarkan konten negatif.

Lalu, bagaimana meminimalisir atau pun menidentifikasi berita hoax yang bertebaran saat ini?

1.Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan ke pihak tertentu. Isinya bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat berita palsu itu.

Banyak sebenarnya juga tidak membaca konten yang mereka bagikan. Kebanyakan hanya membaca judulnya. Untuk mencegah diri sendiri menjadi penyebar hoax, hilangkanlah kebiasaan membagikan konten tanpa membaca isinya secara menyeluruh.

2. Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya.

  1. Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?  Jika hanya ada satu sumber, tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4.Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

5.Ikut Dalam grup diskusi anti-hoax

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax. Di grup-grup diskusi ini, bisa bertanya, apakah informasi tersebut merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.

  1. Cenderung mudah terkena bias konfirmasi

Masyarakat punya kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri atau suatu kelompok. Hal ini membuat masyarakat rentan membagikan konten yang sesuai dengan pandangannya, sekalipun konten tersebut hoax. Jika membaca berita yang betul-betul secara sempurna mengukuhkan keyakinan, masyarakat harus lebih berhati-hati dan tidak buru-buru memencet tombol Share.

  1. Makin sering orang melihat sebuah konten, makin mudah mempercayainya

Bukan hanya karena banyak masyarakat share berita tertentu, bukan berarti berita tersebut pasti benar. Alih-alih langsung mempercayai dan membagikannya, dari diri sendiri bisa mencegah ikut ramai-ramai termakan hoax dengan melakukan pengecekan lebih lanjut.

Mari, mulai sekarang, jangan mudah terjebak hoax!

Penulis : Rexi S

Editor  : Edi

Publish : Tahang



from TRIBRATANEWS POLDA KEPRI http://ift.tt/2Gp4yuj
via IFTTT

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.